LASER merupakan singkatan dari amplifikasi emisi radiasi cahaya yang
terstimulasi. Selain gambaran yang disajikan dalam film fiksi ilmiah, laser menawarkan
aplikasi berharga dalam
bidang industri, lingkungan militer, ilmiah, dan medis. Einstein pada tahun 1916 adalah yang pertama membuat dalil konsep teorema untuk pengembangan
laser. Konsep emisi terstimulasi yang didalilkan oleh Einstein
ini menyatakan bahwa foton yang dilepaskan dari atom akan memicu pelepasan atom
lain dengan melepaskan sebuah foton lainnya. Foton yang dilepaskan tersebut
akan identik dalam hal frekuensi, arah, dan fase
gelombang.
Populasi inversi terjadi ketika ada lebih banyak atom
dalam keadaan tereksitasi dibandingkan keadaan dasar. Hal ini dapat diciptakan
dengan menerapkan sumber daya eksternal sebagai media amplifikasi. Cermin
ditempatkan di kedua ujung ruangan untuk menghasilkan lebih banyak foton,.
Salah satu cermin bersifat reflektif, sedangkan yang lainnya bersifat
semipermeabel. Dengan demikian akan menguatkan cahaya dan merangsang emisi
foton lain dari atom yang tereksitasi. Akhirnya, terbentuk banyak foton yang
terstimulasi didalam ruang yang berisi
energi. Bila tingkat energi tertentu telah tercapai maka foton akan dikeluarkan
melalui cermin semipermeabel. Dengan cara ini, radiasi cahaya yang diperkuat
melalui rangsangan emisi (LASER) diproduksi.
Radiasi laser dalam
dosis rendah (< 10 J/cm2) memiliki aksi stimulasi pada proses metabolisme
dan proliferasi sel guna penyembuhan luka. Laser dapat meningkatkan
kekuatan tarik dan sintesis kolagen di area bekas luka. Peningkatan kekuatan
tarik yang merupakan fungsi fibroblast ditunjukkan paling nyata pada tahap awal
penyembuhan luka, paling sering dalam 10-14 hari pertama setelah cedera. Selain
itu radiasi laser memiliki efek bakterisida dengan cara meningkatan
fungsi fagositosis oleh leukosit dengan dosis 0,05 J/cm2.
Aksi
utama dari aplikasi laser
untuk mengontrol edema
(bengkak) dan peradangan yaitu dengan
mengurangi pembentukan substrat yang
diperlukan untuk produksi mediator
kimia peradangan seperti kinin, antihistamin dan
prostaglandin (PGE2). Hal ini mungkin mencerminkan
modulasi respon peradangan (inflamasi) atau
resolusi percepatan proses
inflamasi akut. Selain
itu energi laser dapat
mengoptimalkan meningkatkan angiogenesis, permeabilitas membran
sel, serta mengatur tekanan hidrostatik osmotik interstitial.
Laser efektif
dalam mengurangi rasa sakit
(nyeri) dan telah terbukti memengaruhi
aktivitas saraf perifer. Mekanisme
tersebut didapatkan dengan cara menurunkan kecepatan
konduksi saraf sensorik. Selain
itu hal ini mungkin merupakan
hasil dari percepatan penyembuhan, aksi anti-inflamasi,
pengaruh saraf otonom, dan
respon neurohumoral (serotonin,
norepinefrin).
Nyeri
dan edema yang
berhubungan dengan bekas luka patologis dapat diobati
secara efektif dengan laser daya
rendah. Bekas luka hipertrofik dapat
diobati dengan laser melalui
efek bioinhibisi. Secara
umum, luka yang
terpapar radiasi laser meninggalkan jaringan
parut yang lebih sedikit. Dengan demikian akan
menghasilkan tampilan kosmetik
yang lebih baik. Pemeriksaan
histologis menunjukkan epitelisasi
yang lebih dominan dan
sedikitnya bahan eksudatif. Bagaimanapun,
energi laser output daya
rendah tidak merubah jaringan normal. Penelitian
pada luka bakar menunjukkan keselarasan
kolagen yang lebih teratur dengan bekas
luka yang lebih kecil. Bagaimanapun,
energi laser output daya
rendah tidak merubah jaringan normal.
Penggunaan masa depan iradiasi laser termasuk pengobatan struktur jaringan ikat lainnya, seperti tulang dan tulang rawan artikular. Pemeriksaan histologis menunjukkan kematangan kanal Haversian dengan osteocytes yang terpisah pada lokasi paparan laser. Ada juga renovasi dari garis artikular, yang tidak mungkin terjadi dengan terapi tradisional.
Penggunaan masa depan iradiasi laser termasuk pengobatan struktur jaringan ikat lainnya, seperti tulang dan tulang rawan artikular. Pemeriksaan histologis menunjukkan kematangan kanal Haversian dengan osteocytes yang terpisah pada lokasi paparan laser. Ada juga renovasi dari garis artikular, yang tidak mungkin terjadi dengan terapi tradisional.